Waktu melaju tanpa henti, seakan tak takut kehabisan bahan bakar.
Dag dig dug, getaran cepat dari hati. Yeah falling
in love, itu aku rasakan. Pesan singkat, dari getaran ponsel tertuliskan
“ Tp kmu jgn ninggaln aq “
“ Aq ska kmu jujur,..Aq jg mau nyelesein kisi2 PKN “
“ Tp kmu jgn ninggaln aq “
“ Aq ska kmu jujur,..Aq jg mau nyelesein kisi2 PKN “
Wow kebahagian merona diwarnai harapan, seakan menyambut bintang
jatuh. Kegilaan melandaku, dan di otakku menghadirkan bayangan-bayangan indah
akan kesempurnaannya. Lekuk indah membentuk pola-pola menakjubkan tampak di
wajahnya, bibir merahnya menyunggingkan senyum terindah, matanya berbinar
melahirkan cahaya cinta. Kecakapannya dalam segala hal menciptakan tantangan
untukku. Namun sesekali angin berbisik : apakah benar, dia suka kamu???. Hemm...
semoga dia nyata untukku. Lamunanku mulai buyar, ketika aroma malam
menghipnotisku untuk merebahkan diri di kasur.
Mentari telah menampakkan ayunya dengan anggun. Semangat pagi
menggelora, segera aku membersihkan diri, berlanjut hijrah ke sekolah. Lelaki
itu telah menunggu di perpustakaan. Duh Tuhan, tersihir apakah hati ini??
Bertekuk lutut hati ini di hadapannya. Perkataannya yang diakhiri senyum madu.
Melahirkanku keanggunan layaknya perempuan normal. Terkelupaslah canda dan
obrolan antara kita. Nafsu untuk menanyakan tentang perasaan, membara di
hatiku. Namun aku mencoba meredam. Aku mulai bicara dengan hati bukan seperti
biasanya bicara dengan pikiran. Dengan rasa iba aku tak mengganggunya yang
sedang asyik hotspotan. Aku di sampingnya menemani jiwa raga mungil itu, sambil
menunggu kabar nilai laporan SPA yang dinilaikan teman satu kelompokku, karena
aku penat berhadapan dengan Gurunya.
Mondar-mandir keluarga besar SMK di depan perpustakaan, tapi temanku belum menampakkan sosoknya. Sejenak aku keluar meninggalkan si lelaki, aku lihat temanku menuju perpustakaan dengan rasa kesal, dia mengeluh bahwa yang mendapat nilai, baru aku. Pikiran negatif menguasaiku, sudah dekat semesteran masih saja mempersulit muridnya. Percuma kalau aku emosi dengan keputusan si Guru, hanya akan membuang waktu. Aku harus segera bertindak biar temanku juga dapat nilai. Getar ponsel di saku, aku rasakan “ temui aku di bengkel!!” wow main kata Mario Teguh nih, dua kata dari temanku ini menciptakan angin ribut. Tas yang aku tidurkan di locker aku pindahkan ke pundakku, tergesa-gesa aku memberikan cerpenku pada si lelaki tanpa memikirkan akibatnya, “jangan marah, jangan marah, jangan marah ya? Aku ke bengkel sebentar”. Hemm... simpel!!!! Kalimat yang keluar dari mulut ini namun penuh harapan.
Mondar-mandir keluarga besar SMK di depan perpustakaan, tapi temanku belum menampakkan sosoknya. Sejenak aku keluar meninggalkan si lelaki, aku lihat temanku menuju perpustakaan dengan rasa kesal, dia mengeluh bahwa yang mendapat nilai, baru aku. Pikiran negatif menguasaiku, sudah dekat semesteran masih saja mempersulit muridnya. Percuma kalau aku emosi dengan keputusan si Guru, hanya akan membuang waktu. Aku harus segera bertindak biar temanku juga dapat nilai. Getar ponsel di saku, aku rasakan “ temui aku di bengkel!!” wow main kata Mario Teguh nih, dua kata dari temanku ini menciptakan angin ribut. Tas yang aku tidurkan di locker aku pindahkan ke pundakku, tergesa-gesa aku memberikan cerpenku pada si lelaki tanpa memikirkan akibatnya, “jangan marah, jangan marah, jangan marah ya? Aku ke bengkel sebentar”. Hemm... simpel!!!! Kalimat yang keluar dari mulut ini namun penuh harapan.
Aku melangkahkan kakiku menyusuri kotak demi kotak lantai yang
tiap kotaknya berukuran 30 x 30 cm hingga aku sampai di bengkel. Wow!!!
teman-teman sedang antri ambil kartu tes dan sepertinya mereka dipersulit
dulu oleh Guru. Hahaha... hobi si Guru mulai lagi tuh. Aduh!! temanku
melihat kehadiranku, mereka menyuruhku masuk untuk ikut antri sekalian. Hemm..
terpaksa aku masuk, blablablablabla.... Hah!!! percuma aku masuk, bukan kartu
tes yang aku dapat. Malah Guru BP jadi korban emosiku. Aku keluar meninggalkan
teman-temanku dan menemui teman, yang sms aku. OK... urusanku dengannya
terselesaikan, lega rasanya.
Oh ternyata, Tuhan telah menyediakan kejutan lain. Seombyok
masalah dilimpahkan untukku, kabarnya bagaikan halilintar. Secerca keceriaan
itu sirna, tertutup kabut hitam akan masalah yang aku perbuat. Tak pernah
terbesit sedikit pun laporan itu akan mendatangkan musibah. Guru-guru dibuat
heboh akan laporan yang aku buat. Hatiku bagai tersambar petir dengan tegangan
berjuta-juta volt. Oh My God, mereka memanggilku. Dengan percaya diri dan masa
bodoh aku bertatap muka dengan para Guru bengkel. Hobi bicara dengan pikiran,
mulai mengiringiku untuk menjawab pertanyaan dari para Guru. Sebenarnya
permasalahannya pada satu Guru, namun semua Guru turun tangan dan akulah yang
disalahkan. Memang kritik dan saran dalam laporan itu pedas bagi para Guru.
Namun aku tetap saja membrontak untuk membela diri. Tapi apa daya, aku hanya
seorang siswi. Hatiku luluh akan perkataan para Guru, mereka menggertakku. Tiga
kemungkinan akibat dari ulahku, yaitu dilaporkan pada Kepala Sekolah, tidak
naik kelas, orang tua dipanggil. Huuuftt.. separah inikah??.
Dadaku sesak seakan biji salak menyumbat saluran pernafasanku, diiringi dengan tetesan air mata. Aku letakkan kepintaranku sejenak, dengan ikhlas aku mempersilakan jutaan kata yang tersusun kalimat hingga bermakna, masuk lewat daun telinga bergerak mendekati hati, melaju bersama aliran darah menuju otakku. Keinginan palung hati untuk menjulurkan telapak tangan ini, minta maaf pada para Guru. Satu per satu dengan cucuran air mata beriring langkah kaki mengantarku untuk bertatap muka dengan para Guru “ MAAF “ satu kata ini keluar dari mulutku, dengan lirih aku mengucap namun pasti. Guruku bijaksana memang, beliau memaafkanku seraya mengingatkanku “Gurumu ini sudah banyak makan garam!!!. Kamu ini berpegangan dengan kayu yang rapuh, berpeganganlah dengan kayu yang kuat!!!. Kamu belum tahu membeli sepatu yang berkualitas karena mahal, tapi bodohnya kamu, sepatu rongsok yang harganya mahal malah kamu beli!!!. Yeah,.. hanya tiga kiasan yang masuk di batok kepalaku selama 150 menit para Guru menyampaikan lafalnya. Mulut-mulut mungil dari luar mengisyaratkanku untuk segera keluar, Oh Tuhan Hpku dibawa teman, sebelum aku masuk di tempat ini. Aduh!! pasti akan segera timbul masalah baru. Dengan mata bengkak, hati penuh sesal dan wajah memelas bagaikan orang kehilangan permata. Aku melangkah keluar dan segera menjauhkan diri dari tempat penyiksaan mental itu. Aku sadar akan ulahku. Aku kehilangan permata itu.... Ya!!! nama baikku permata jiwa ini telah pecah, dengan gampangnya aku memecahkannya. kayu menjadi arang, pepatah itulah yang aku rasakan. Namun aku tak ingin terbawa penyesalan, aku tak akan trauma dengan tragedi ini karena aku juga benar, ini hidupku, Guruku hanya sekedar membantu untuk sukses. Tapi kesuksesan itu ada di tanganku, dengan seni apa aku akan sukses itu adalah pilihanku.
Dadaku sesak seakan biji salak menyumbat saluran pernafasanku, diiringi dengan tetesan air mata. Aku letakkan kepintaranku sejenak, dengan ikhlas aku mempersilakan jutaan kata yang tersusun kalimat hingga bermakna, masuk lewat daun telinga bergerak mendekati hati, melaju bersama aliran darah menuju otakku. Keinginan palung hati untuk menjulurkan telapak tangan ini, minta maaf pada para Guru. Satu per satu dengan cucuran air mata beriring langkah kaki mengantarku untuk bertatap muka dengan para Guru “ MAAF “ satu kata ini keluar dari mulutku, dengan lirih aku mengucap namun pasti. Guruku bijaksana memang, beliau memaafkanku seraya mengingatkanku “Gurumu ini sudah banyak makan garam!!!. Kamu ini berpegangan dengan kayu yang rapuh, berpeganganlah dengan kayu yang kuat!!!. Kamu belum tahu membeli sepatu yang berkualitas karena mahal, tapi bodohnya kamu, sepatu rongsok yang harganya mahal malah kamu beli!!!. Yeah,.. hanya tiga kiasan yang masuk di batok kepalaku selama 150 menit para Guru menyampaikan lafalnya. Mulut-mulut mungil dari luar mengisyaratkanku untuk segera keluar, Oh Tuhan Hpku dibawa teman, sebelum aku masuk di tempat ini. Aduh!! pasti akan segera timbul masalah baru. Dengan mata bengkak, hati penuh sesal dan wajah memelas bagaikan orang kehilangan permata. Aku melangkah keluar dan segera menjauhkan diri dari tempat penyiksaan mental itu. Aku sadar akan ulahku. Aku kehilangan permata itu.... Ya!!! nama baikku permata jiwa ini telah pecah, dengan gampangnya aku memecahkannya. kayu menjadi arang, pepatah itulah yang aku rasakan. Namun aku tak ingin terbawa penyesalan, aku tak akan trauma dengan tragedi ini karena aku juga benar, ini hidupku, Guruku hanya sekedar membantu untuk sukses. Tapi kesuksesan itu ada di tanganku, dengan seni apa aku akan sukses itu adalah pilihanku.
Angin lewat dan debu berterbangan mengajakku menemui lelaki itu.
Dengan hati gundah, resah, gelisah dan rasa takut akan kehilangan dirinya
menyelimuti jiwa ini. Ruang demi ruang aku lewati hingga sampailah aku di
perpustakaan. Tapi sosok lelaki itu tak di sana. Aku lari menuju ruang depan
Kepala Sekolah, namun yang aku temukan bukan dirinya melainkan teman-teman
kelasku. Hening,!! tak ada satupun kata yang keluar dari mulut mereka, hanya
senyum sebagai buah tangan yang mereka perlihatkan ke aku, sebelum aku
meninggalkan mereka.
Ternyata kejutan dari Tuhan tak ada habisnya. Belum senja, Aku telah
membuat si lelaki gelisah mulai dari SMSnya yang tak aku balas, telphone yang
takku angkat karena diposisi itu ponsel dipinjam temanku. Huftt.. ditambah lagi
cerpen yang aku buat, pasti sudah menyiksa mentalnya. Ah setres aku!! Kalau
hanya merenungkan saja.!!! Jari-jari tanganku menari di atas keypad Hp menulis
pesan untuk si lelaki. Ternyata dirinya sudah di istana, tempat berkumpul
anak-anak hidup mandiri. Lemas jiwa raga ini, bagaikan teratai mati,
ketika suasana menjadi gurun. Ingin aku segera sampai di gubuk, ketika tahu
dirinya sudah meinggalkan sekolah. Aku keluar dari gerbang. Teriknya matahari,
hamparan kerikil menyaksikan perjalanan beratku menuju gubuk. Lirih langkah
kaki ini. Horisonku tertuju pada satu titik. Menaklukkan suasana gurun, seakan
memberi kesempatan teratai untuk hidup. Yeah..!! itu dirinya berjalan
mendatangiku. Hemm... sedikit hidup jiwa ini, namun aku tak berani menatap
wajahnya. Oh no,.!!! That sort of thing
contingent. Dia jadi agresif, bagaikan raja rimba. Dia mengembalikan
cerpenku begitu sinis, diiringi dengan pertanyaan retorik. Suasana galau
terbentuk. Niatku, aku takkan mendongengkan peristiwa tadi pada dirinya. Namun
kondisi memaksaku, mulut ini harus bicara, agar kesalah pahaman dan masalah
baru tak jadi menghampiriku. Hemmm.... dia bukan sekedar pendengar setia, one by one masalah diselesaikan. Dia
menyarankanku.. nananana..... karena
dia belum pernah ngalamin hal yang resikonya seperti itu terlalu
nekat. Dan sarannya yang mengahantuiku adalah aku harus mengembalikan nama
baikku dan menjadikan ini pelajaran dan pengalaman. Aku hanya senyum kecut.
Hati ini masih berat untuk menerima saran. Aku bukan robot, jika ada bagian
rusak langsung mati, tidak merasakan penyiksaan!!!!. Penat organ tubuh ini, aku
mengemis pada dirinya untuk pulang. Diriku membentuk sudut 180 derajat, aku
mulai melangkah. Ingin leherku menoleh ke belakang namun aku belum siap.
Setelah 13 langkah aku beranikan untuk menoleh ke belakang, dirinya menghilang.
Hati yang membara karena luka yang menganga ditambah panasnya surya,
melangkahkan kakiku dengan cepat. Sampailah aku di gubuk, segera aku
masuk kamar dan menutup pintu. Aku mencoba mengirim pesan, namun dia tak
membalasnya. Pantaslah kalau dirinya seperti itu. Air mata membasahi pipi ini.
Kulihat laptop di atas meja, sungguh menggodaku. Kuputar film “twilight” berharap sanggup membebaskan
keterpurukkan ini. Namun film ini ganas, bahkan lebih ganas dari serigala di
purnama. Film ini mencabik-cabik hatiku. Mata ini tak kuasa menahan air mata.
Aku memang hidup, jiwaku tegar bagai karang, tapi hatiku terkapar, lemah,
lunglai, dan lumpuh sepertinya. “Huh.... kuhela nafasku panjang. Aku buka file
laporan yang mendatangkan musibah. Aku tersenyum, membaca kalimat-kalimat pedas
itu. Otakku mulai berpikir, “ ya!!!” Aku harus memperbaiki
kalimat-kalimat ini. Bergegas aku memperbaiki kalimat-kalimat pedas ini menjadi
manis. Dan ada pikiran memperbaiki nama baik. Ya dengan menerima tawaran
membuat dan mengisi daftar nilai kelasku dari wali kelas. Aku simpan file di
flasdisk, kuusap air mataku. Aku keluar menuju warnet untuk mencetak file. Aku
mengejar waktu, aku kembali ke sekolah kuserahkan laporan baru dan leger
kelasku ,serta menerima tawaran mengisikan nilai rapot. Aku bicara seperlunya,
dan kembali ke gubuk. Jarum jam telah menunjuk 12.15 WIB, aku menjalankan
kewajiban layaknya beragama islam. Ponselku bergetar, temanku mengajak belajar
bersama untuk persiapan semesteran. Ingin aku menolak, namun kapan lagi aku
bisa memberikan waktuku untuk mereka. Sudah berbulan-bulan aku mencampakkan
mereka, karena keegoisanku. Kubuat suasana palsu sepalsu-palsunya. Temanku
menjemput, aku diajak ke istananya. Oh Tuhan, ini akan menyiksa hatiku,!!!.
Suasana romantis menyelimuti istana. Mereka sibuk sendiri-sendiri, semua
tersenyum ria dan tertawa menanti kedatangan kekasih. Aku seorang diri muram
berwajah masam. Aku duduk di atas, dengan menyibukkan diri mengerjakan
kisi-kisi PKN dan BI. Sesosok lelaki mengucap salam, penghuni istana menjawab
salamnya, termasuk aku. Oh ternyata ini, kekasihnya temanku. Orangnya tidak
asyik, pendiam. Ya ya ya..!!! type cowok Cawas. Dengan bodoh dan jujur aku
bicara sesukaku. Aku mengemis untuk membahas kisi-kisi MTK saja. Cas cis cus
menuliskan rumus dan menerangkannya. Namun, tak ada satu pun rumus yang masuk
ke batok kepalaku meski lembaran putih telah penuh coretan-coretan berjubel
seakan tak ada celah. Aku melamun. Anganku mengembara, memikirkan si lelaki
akibat dari cerpenku. Lima jam berlalu jam menunjukkan pukul 17.00 WIB. Aku
diajak singgah sebentar di masjid untuk melaksanakan sholat asar, sebelum
diantar pulang. Sampai depan gubuk, aku mempersilakan masuk untuk menemui ibuku.
Dia mencium tangan ibuku, seraya pamit untuk pulang. Penuh kasih ibuku
membalasnya. Iri aku.
Waktu mengantarku ke ujung hari, dimana terang menjadi petang.
Malam begitu pekat!! Kulihat rembulan tersenyum melecehkanku, bintang-bintang
berkedip-kedip memandangiku yang tiap 3 detik menjatuhkan air mata. Dedaunan
yang berbisik-bisik mengusik. Kenapa aku sampai kemakan nafsuku? Apakah karena
aku terlalu menginginkannya? Ah, sungguh bodoh diriku jika hanya memikirkan si
lelaki. Dari sini aku mulai menyadari, bahwa waktuku bukan untuk lelaki apalagi
meratapi masalah. Tapi untuk hidupku, masa depanku. Karena hidup yang aku cari
dalam usia. Dan kini aku harus semangat. Menyongsong semangat mudaku. Menyadari
bahwa esok sudah semesteran, dan aku harus segera mengembalikan nama baikku.
Aku percaya cinta sejati. Jika dirinya nyata untukku, itu sudah sunatullah.
Biarlah menjadi harta karun, yang penuh dengan teka-teki. Waktu pasti akan
menjawab semua ini. Hemmm...
INTRODUCES IS BEGIN TO STORY.
PROBLEM IS STEP.
LOVE IS A GIFT FROM GOD.
INTRODUCES IS BEGIN TO STORY.
PROBLEM IS STEP.
LOVE IS A GIFT FROM GOD.
BELIEVE THAT YOUR SELF FOR ME AND MAKE IT HAPPEN IS MAGIC.
YOU AND ME FOREVER IS DREAM.
YOU AND ME FOREVER IS DREAM.
FORGET IT IS EXPERIENCE.
THIS IS A GAME THAT REAL IN THE WORLD..!!!!
THIS IS A GAME THAT REAL IN THE WORLD..!!!!
Panggilan Tuhan datang, segera aku menyucikan diri dan
melaksanakan perintahnya. Butiran-butiran tasbih menyatu dengan jantungku,
kabut-kabut penyesalan menyelinapi diri ini. Telapak tanganku menyatu dengan
peluh untuk mengucap maaf. Sungguh cinta-Mu berikrar dalam hatiku meninggalkan
kenangan, menjalani kenyataan. Meraih harapan dan bersyukur pada-Mu. Terima
kasih Tuhan, sungguh indah alur hari ini.
16 Februari 2013 pukul 05.10
28 Februari 2013 pukul 23.51
nice post. ^,^d
1 Maret 2013 pukul 00.16
Paladin(y)
terima kasih....
sudah bisa menemukan karakter tokoh saya?
1 Maret 2013 pukul 07.45
maksut'a gimana?
13 Mei 2013 pukul 10.08
good luck
16 Mei 2013 pukul 05.34
galang@ of course